Sports

VIPKIUKIU | Kisah Pilu Gadis Pemikul Semen, Banting Tulang demi Bahagiakan Orangtua

Selain menjadi ibu rumah tangga, sebagaimana kewajiban kaum hawa kelak, wanita juga bisa menjadi pekerja saat di luar rumah. Bahkan, kini ...

Search This Blog

Find Us On Facebook

Advertisement

Featured Video

Featured Video

Flickr

Sponsor

Sponsor

Recent Comments

Video Of Day

Pages

Popular Posts

Monday, October 30, 2017

Bukan Salahmu atau Salahku, Hanya Saja Kita Memang Tak Ditakdirkan untuk Bersatu




Aku paham benar bahwa manusia yang sekarang sedang menapakkan kakinya di bumi, termasuk kita, diciptakan berpasangan. Aku, kamu, mereka, masing-masing memiliki teman menua bersama, tak hanya untuk memenuhi bumi demi meneruskan keturunan, namun juga sebagai kawan berbagi cerita dan jadi rekan untuk tumbuh dewasa.

Kini, memang aku dan kamu sedang berusaha menjalin kisah bersama. Namun, sepertinya cerita kita memang tidak dipertemukan untuk mengukir masa depan. Tidak ada yang salah di sini, hanya saja mungkin kita berdua memang tak tertakdirkan. Perjumpaan sejenak yang kita alami memang sudah digariskan.




Tak bisa dipungkiri, pertengkaran merupakan salah satu senyawa dalam hubungan. Namun, di dalam hubungan kita, beda porsinya. Pertengkaran merupakan hidangan utama. Ia selalu tersedia untuk kita lahap dari pagi hingga senja. Membuat hubungan yang kita jalani tak ubahnya sebuah neraka. Kita bukan lagi kekasih yang saling mendampingi dan menopang, kita berubah menjadi lawan yang siap menerkam dan menjatuhkan.

Memang di setiap pertengkaran yang kita lakoni, selalu ada nilai yang bisa dipetik dan diresapi. Saling marah, melempar serapah, membentukku menjadi pribadi yang pantang menyerah, begitu pula kamu yang menjadi sosok yang lebih sabar. Aku tak gampang menyerah, berusaha sekuat daya supaya pendapatku bisa mendobrak paksa telingamu. Begitu pula kamu yang tetap bersabar dan bersikukuh mempertahankan pendapat sendiri. Tidakkah ini merupakan sebuah kompetisi? Iya, kompetisi untuk menghujam luka yang paling banyak jumlahnya.

Kusadari, ini bukan merupakan jenis pertengkaran yang menenangkan. Tak ada dekap dan kecup setelah perdebatan ini selesai. Masalah ada untuk dibiarkan terlantar, tanpa adanya penyelesaian. Aku dan kamu saling menyimpan marah, menimbunnya, dan membiarkannya menjadi peledak yang bisa meletus sewaktu-waktu. Ini bukan hubungan yang sehat, kurasa. Kita makin berjeda dan membeku. Karena begitu bernafsunya kita untuk saling mencabik dan menyakiti berkali-kali.



Entah sudah berapa lama kita bertahan demi bersama. Aku dan kamu saling mengisi hari. Ah, tapi kurasa kita tak benar-benar saling mengisi. Kita hanya saling bersama karena takut ada rasa sepi yang menyelinap ketika sedang sendiri. Aku enggan makan sendirian dan memilih mengajakmu untuk menemani. Begitu pula kamu, yang mengajakku turut pergi karena enggan menjelajah kota seorang diri. Kita bersama hanya karena kebutuhan, bukan karena keinginan.

Kini, semakin kusadari, aku tak mengenali diriku lagi. Aku jauh berbeda dari sosokku yang terdahulu. Entah tenggelam kemana sosok periang dan terbuka yang dulu selalu melekatiku. Sekarang, aku lebih banyak diam dan menyimpan segalanya untuk diri, karena aku paham kamu bukanlah sosok yang bisa kuajak berbagi.

Aku pun tak lupa untuk selalu berhati-hati. Segala gerak-gerik kubatasi, cemas jika nantinya akan menyakiti atau justru membuat kita kembali bertengkar lagi. Tak hanya itu, aku juga diam-diam selalu meluangkan waktu untuk berburuk sangka akan dirimu. Cemburu berlebihan dan pikiran jelek sering datang sebelum sempat kularang. Perlahan aku berubah menjadi sosok yang kubenci. Gadis pemarah, pencemburu, dan terlalu menutup diri.




Tidak, aku tidak mengarahkan jari telunjukku demi mencari siapa yang salah atau demi mengubahmu menjadi si kambing hitam. Kita memang sudah tak sejalan. Begitu banyak hal yang membuat dunia kita sangat berbeda. Kita memiliki kepribadian dan minat yang sama menariknya. Hanya saja aku adalah si air, dan kamu adalah si api. Kita tak bisa bersama tanpa ada salah satu yang musnah atau tersakiti.

Dulu, kita memang pernah memutuskan untuk berhenti, namun selalu saja ada asa dan mimpi yang dijadikan pegangan. Berharap suatu saat ada yang bisa berubah demi keutuhan berdua. Namun, bukankah ini merupakan sikap yang sia-sia? Aku dan kamu dibekali dengan watak sendiri yang sama istimewanya. Tak seharusnya kita memangkas karakter diri hanya demi bisa bersama. Aku tak menyalahkanmu karena memiliki karakter, selera, minat, serta pandangan yang berbeda.

Mari kita sama-sama mengurai ikatan yang selama ini ada. Tidak ada yang patut disesali. Lamanya hubungan bukanlah faktor utama untuk bertahan. Kita perlu menghirup udara banyak-banyak serta menelan kenyataan bahwa kita memang tak bisa melanjutkan hubungan. Terlalu berlimpahnya rasa sedih dan perih yang tercipta menuntut kita untuk mundur dan rehat sejenak dari dunia asmara. Namun tentu saja kamu merupakan sosok yang patut kuberi ucapan terimakasih. Lewat hubungan yang kita jalani berdua ini, aku belajar melepaskan dan melapangkan dada demi menerima kenyataan.

Ditulis Oleh : VINA // October 30, 2017
Kategori:

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

Powered by Blogger.